السبت، 23 فبراير 2013

KHUTBAH IDUL ADHA : MAKNA QURBAN DAN TAKBIR DALAM KEHIDUPAN Oleh : H. Ja'far Musaddad

*ddfff


الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر   -الله أكبر الله أكبر الله أكبر   - لا إله إلا الله والله أكبر   -الله أكبر ولله الحمد .الله أكبر عدد ما أحرم الحجاج  وعدد ما رفعوا بالتلبية لله الأصوات ،  الله أكبر عدد ما طافوا بالبيت العتيق وعظموا الحرمات ، الله أكبر عدد ما أراقوا من الدماء تعظيما لفاطر الأرض والسماوات ،    
الحمد لله الذي شرع لعباده التقرب إليه بذبح القربان ، وقرن النحر له بالصلاة في محكم القرآن ، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ذو الفضل والامتنان ، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله المصطفى على كل إنسان ،اللهم صل وسلم على سيدنا محمد سيد ولد عدنان  ،وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان ، أما بعد : أيها الناس اتقوا الله تعالى حق تقاته ولا تموتن الا وانتم مسلمون ، الله أكبر ولله الحمد

Jama’ah yang dirahmati Allah.
Pagi hari ini bersama-sama dengan saudara-saudara kita sesama muslim, di belahan tempat lain, kembali kita mengumandangkan takbir tahlil dan tahmid. Bersyukur memuji asma-Nya mengesakan dzat-Nya dan mengangungkan kebesaran-Nya dalam suasana idul adha.
Hari yang mulia ini disebut dengan hari raya idul adha. Kata adha terambil dari kata udlhiyah yang memiliki arti  penyembelihan hewan. Karena pada hari raya idul adha, kepada kita disyariatkan untuk menyembelih hewan kurban yang dilaksanakan seusai pelaksanaan shalat ‘id sampai dengan terbenamnya matahari pada hari terakhir tasyriq yakni tanggal 13 Dzulhijjah. Syariat ini didasarkan pada ayat :
انّا أعطيناك الكوثر . فصلّ لربك وانحر
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah”.
Perintah berkurban pada ayat tersebut,  dirangkai dengan perintah mendirikan shalat ‘id. Hal ini  memberikan arti  bahwa dalam merayakan hari raya ini mesti ada dua dimensi yang terpaut, menyatu, tidak bisa terpisah satu dari yang lain. yaitu dimensi Robbaniyah (ketuhanan) yang bersifat vertikal  dan dimensi Insaniyyah (kemanusiaan) yang bersifat horisontal. Dimensi ketuhanan adalah melaksanakan shalat id, sedang dimensi kemanusiaan adalah menyembelih hewan kurban untuk dibagikan kepada sesama terutama saudara-saudara kita yang membutuhkan. Dengan kata lain perintah ayat diatas mengisyaratkan bahwa merayakan hari raya idul adha belum cukup dengan hanya melaksanakan shalat id saja, melainkan harus dilanjut dengan upaya untuk berbagi kepada sesama. Islam  tidak menghendaki kita untuk bersenang-senang sendirian, tanpa peduli dengan sahabat, saudara dan handai taulan. Dan bukan kemuliaan, dalam pandangan Islam, apabila dalam hidup kita hanya memikirkan nasib diri sendiri, tanpa memikirkan nasib orang-orang  di kanan kiri. Islam mengajarkan kepada kita untuk boleh tersenyum tertawa, tetapi dengan tidak membiarkan orang lain menangis berurai air mata.
الله أكبر ولله الحمد
Hari raya idul adha juga disebut hari raya idul qurban. Kata qurban terdiri dari kata dasar ‘qurb’ yang artinya dekat. dan kata imbuhan ‘an’ yang artinya sempurna. Maka makna asal qurban adalah kedekatan yang sempurna. Penamaan hari raya ini dengan nama idul qurban dimaksudkan untuk mengingatkan kita kembali,  agar berupaya membangun kedekatan yang sempurna, dengan Allah SWT sang Pemilik jagat raya dengan cara ikhlas mengorbankan apa saja yang menjadi milik kita yang berharga, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabiyullah Ibrahim AS. Beliau mendapat perintah lewat mimpi untuk menyembelih putra yang sangat dicintainya. Tetapi kecintaannya kepada anak tidak mengalahkan keinginannya untuk dekat  kepada Allah SWT. Anak yang merupakan karunia yang paling berharga rela dipersembahkan dan tidak lagi menjadi sesuatu yang berarti  ketika diminta oleh Robbul Izzati. Beliau kemudiaan melaksanakan perintah itu, meski akhirnya karena kasih-Nya diganti dengan seekor domba.
Dengan pengorbanannya yang tulus inilah, beliau berhasil membangun kedekatan secara sempurna dengan Allah SWT. Dan berkat kedekatannya yang sempurna, beliau menyandang predikat Khalilullah (Kekasih Allah). Dan dengan predikat Khalilullah, apa yang menjadi keinginan dan dambaan hidupnya direalisasikan dan diwujudkan oleh Allah SWT. Yakni anak keturunannya dijaga akidahnya, menjadi generasi yang baik dan membanggakan, tempat tinggalnya di Mekkah dan daerah sekitarnya dijadikan negri yang aman dan makmur, serta menjadi negri yang dicenderungi dan dirindukan oleh setiap insan. Keinginan dan dambaan hidup beliau tersebut terekam dalam doa permohonannya
ربنا اني اسكنت من ذريتي بواد غير ذي زرع عند بيتك الحرام ، ربنا ليقيموا الصلاة فاجعل أفئدة من الناس تهوي اليهم وارزقهم من الثمرات لعلهم يشكرون.
         Kisah teladan Nabi Ibrahim AS ini,  memberikan ‘ibrah (pelajaran berharga) kepada kita, bahwa manakala keinginan, harapan, impian dan dambaan  hidup kita ingin terwujud dikabulkan oleh Allah SWT Yang Memiliki segalanya, maka tidak ada cara lain kecuali kita berupaya untuk membangun kedekatan dengan-Nya. Dan kedekatan dengan Allah ini dapat terwujud, manakala kita dengan tulus mengorbankan apapun yang kita punya yang berharga untuk kemanfaatan  orang lain. Karena itu Rasulullah SAW bersabda :
من كان له علم فليتصدق بعلمه ، و من كان له جاه فليتصدق بجاهه ، و من كان له قوة فليتصدق بقوته ،
Barang siapa yang memiliki ilmu pengetahuan, maka berkorbanlah dengan ilmu pengetahuannya. Barang siapa yang memiliki pangkat kedudukan, maka berkorbanlah dengan pangkat kedudukannya. Barang siapa yang memiliki tenaga kekuatan, maka berkorbanlah dengan tenaga kekuatannya.
الله أكبر ولله الحمد
Jama’ah ‘id yang dirahmati Allah.
Nama lain dari hari raya ini adalah ‘idul Akbar (hari raya besar) kebalikan dari ‘Idul Fitri yang disebut ‘Idul asghar (hari raya kecil). Kita orang jawa menyebutnya Raya Agung. Disebut ‘Idul Akbar karena memang syi’ar- syi’ar yang terdapat pada hari raya ini memiliki kedudukan yang besar dan agung . Salah satu bukti kebesaran dan keagungan syiarnya adalah disyariatkannya takbir (membesarkan Allah) dengan waktu yang  diperpanjang, yaitu semenjak subuh hari Arofah tanggal 9 Dzulhijjah kemarin, sampai dengan ashar hari akhir tasyriq tanggal 13 Dzulhijjah lusa.
Takbir memang kalimat dzikir yang hampir pada semua ibadah dan pada setiap moment selalu dibaca. Setiap hari dari masjid, muadzin mengumandangkan  paling sedikit tiga puluh kali  Allahu Akbar. Berulangkali kita membaca Allahu Akbar ketika shalat menyertai perpindahan dari rukun satu ke rukun yang lain. Pada saat bala tentara Islam maju ke medan perang juga diiringi pekikan Allahu Akbar. Ketika ada bayi yang baru lahir juga ada penyambutan dengan Allahu Akbar. Ketika menyembelih hewan kurban. Ketika mengiringi orang yang bepergiaan bahkan ketika kita menyaksikan perbuatan saudara kita yang mempesona, kita juga mengucapkan Allahu Akbar.
Mengapa kita seringkali diperintahkan untuk bertakbir membesarkan Allah ? Sampai-sampai pada suasana hari raya kitapun diperintahkan  untuk bersama-sama mengumandangkan takbir. Targetnya, selain menanamkan dalam jiwa kita akan kebesaran Allah dan kecilnya apapun yang kita miliki, apapun yang ada di dunia ini, adalah untuk menjaga diri kita supaya tidak jatuh kepada dosa yang mendatangkan murka dan kutukan yakni dosa takabbur. Yaitu membesarkan diri menyaingi kebesaran Allah SWT. Dalam hadis qudsi Allah mengingatkan :
العظمة ازاري والكبريآء ردائي فمن نازعني في واحد منهما ألقيته في النار
Keagungan itu busana-Ku. Kebesaran itu pakaian-Ku. Maka barang siapa yang menyaingi Aku dalam keagungan dan kebesaran-Ku, Aku akan melemparkannya ke neraka. 
Ada dua jenis takabbur pertama ;  بطرالحق (berpaling atau menolak kebenaran).  Contoh takabbur pertama adalah manakala  tidak mau menerima kebenaran, karena yang menyampaikan kebenaran orang kecil, atau orang miskin, atau orang yang kedudukannya dibawah. Bilamana merasa bahwa dirinya orang istimewa yang hukum apapun tidak berlaku untuknya. Termasuk didalamnya apabila tidak mau mendengar nasehat dari istri dan anak karena menganggap mereka lebih rendah . 
Kedua  غمط الناس   ( meremehkan atau merendahkan orang lain). Jenis takabbur yang kedua ini adalah jika mempunyai kekayaan lebih dari kebanyakan orang, kemudian membusungkan dada, memilih bergaul hanya dengan orang-orang yang setingkat, dan menganggap orang yang miskin tidak sederajat. Dan jika  berkuasa kemudian tega menyakiti hati orang-orang yang berada  di bawah kekuasaannya, menikmati kekuasaan diatas keringat, air mata dan darah orang-orang yang tak berdaya. Termasuk dalam kategori takabbur ini adalah perlakuan sewenang-wenang kepada keluarga dengan tidak mengindahkan kepedihan hati mereka.
Diatas dua takabbur diatas adalah takabbur yang paling berbahaya yaitu takabbur kepada Allah dan Rasul-Nya.  Takabbur kepada Allah  adalah naudzubillah apabila kita dengan tenang dan senang melakukan kemaksiatan kepada-Nya, apabila meremehkan perintah-Nya dan menyepelekan larangan-Nya. Dan takabbur kepada Rasulullah adalah apabila kita meremehkan sunahnya, merendahkan derajatnya, dan enggan untuk membaca salawat dan salam kepadanya.
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم : { لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ
وفقني الله وإياكم لتعظيم شعائره والعمل بشريعته إنه جواد كريم .
*) Khadim Majlis Nurul Musthafa Balerante Palimanan Cire

ليست هناك تعليقات:

إرسال تعليق